preloader

Pakai AI, Ditemukan 11 Asteroid yang Berpotensi Tabrak Bumi

Bukan rahasia umum kalau banyak batu ruang angkasa yang berputar-putar mengelilingi tata surya. Sebagian besar dinilai tidak menjadi ancaman, namun ada asteroid berbahaya yang dapat menabrak bumi di masa depan, meski persentasenya kecil.

Teleskop modern dan alat pengamatan lainnya memang dapat memberi para astronom gagasan tentang batu mana yang mengarah ke arah bumi, tetapi mengandalkan manusia untuk menjelajahi asteroid yang berbahaya, apakah benar tidak akan ada yang terlewat?

Dilansir dari New York Post, (21/2/2020), untuk melihat berapa banyak asteroid berbahaya yang mungkin tidak terlihat oleh pengamatan manusia, para peneliti dari Belanda berencana membangun jaringan AI (Artificial Intellegence) untuk menganalisis data dan menemukan asteroid di luar angkasa.

Para peneliti menjelaskan dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Astronomi & Astrofisika, bahwa mereka sedang menyusun otak komputer yang ditugaskan untuk dapat melihat benda-benda yang kemungkinan akan datang dalam jarak sekitar 4,7 juta mil dari Bumi.

Sistem jaringan neural ini diberi nama ‘Hazardous Object Identifier’, AI ini berhasil menemukan 11 asteroid berbahaya yang bahkan tidak masuk dalam daftar asteroid berpotensi mengancam tabrak bumi milik NASA.

Sistem ini dipakai untuk mencari asteroid yang diameternya lebih dari 100 meter. Asteroid sebesar itu bisa menyebabkan kehancuran yang cukup besar jika menghantam Bumi.

Mereka juga fokus pada asteroid yang kemungkinan akan mendekati Bumi dengan jarak sekitar 7,5 juta km. Jarak ini terbilang cukup jauh, tapi cukup dekat untuk mendorong ilmuwan meneliti objek-objek berbahaya ini.

Untungnya ancaman dari asteroid yang dideteksi oleh sistem AI ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat. 11 asteroid ini diperkirakan akan terbang mendekati Bumi antara tahun 2131 dan 2923, ratusan tahun dari sekarang.

Ke depan, para peneliti berharap untuk mengasah kecerdasan buatan (AI) mereka untuk dapat memprediksi asteroid berbahaya dengan akurasi yang lebih besar.

“Kami sekarang tahu bahwa metode kami berfungsi, tetapi kami tentu ingin mempelajari lebih dalam penelitian dengan jaringan saraf yang lebih baik dan dengan lebih banyak input,” ujar Portegies Zwart, anggota tim peneliti dari Leiden University dari Belanda.

“Bagian yang sulit adalah gangguan kecil dalam perhitungan orbit dapat menyebabkan perubahan besar pada kesimpulan,” tambahnya.

Source : CNBC Indonesia


Related Post

Leave a Reply