fbpx
preloader

Cermi Learning Factory week 3 -SESINDO

🧩 Cermi Learning Factory SESINDO – Week 3

Tema: Pengenalan Software Ultimaker Cura dan Cara Kerja Mesin 3D Printing

🗓️ Minggu ke-3 Kegiatan Learning Factory SESINDO

Pada minggu ketiga kegiatan Learning Factory SESINDO, fokus pembelajaran diarahkan pada pengenalan software Ultimaker Cura dan mekanisme kerja mesin 3D printing. Kegiatan ini menjadi lanjutan dari minggu sebelumnya yang membahas dasar-dasar desain 3D menggunakan aplikasi CAD. Kali ini, kami tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga melakukan hands-on practice menggunakan mesin 3D printer secara langsung di laboratorium SESINDO. Tujuannya adalah agar mahasiswa memahami alur kerja lengkap dari desain digital hingga hasil fisik yang tercetak sempurna.


🖥️ Pembelajaran Tentang Software Ultimaker Cura

Ultimaker Cura merupakan salah satu slicer software yang paling populer di dunia additive manufacturing. Peran utamanya adalah mengubah model 3D digital menjadi file G-code, yaitu instruksi yang akan dijalankan oleh mesin printer 3D. Pada sesi kali ini, kami belajar bagaimana melakukan proses slicing dengan benar, menyesuaikan pengaturan cetak, serta memahami pengaruh setiap parameter terhadap hasil akhir.

Langkah-langkah penggunaan Ultimaker Cura yang kami pelajari meliputi:

  1. Import File Desain (.STL / .OBJ) – Membuka file dari aplikasi desain seperti Tinkercad atau Fusion 360.

  2. Orientasi dan Penempatan Model – Menentukan posisi objek di build plate agar stabil saat dicetak.

  3. Pengaturan Parameter Cetak – Mengatur layer height, infill density, print speed, suhu nozzle, suhu bed, serta tipe support.

  4. Simulasi dan Preview – Melihat hasil simulasi lapisan demi lapisan sebelum dicetak.

  5. Generate G-code dan Transfer ke Printer – File G-code disimpan di SD card lalu dimasukkan ke mesin printer.

Dari kegiatan ini, saya belajar bahwa pengaturan parameter bukan sekadar angka teknis, tetapi menentukan kualitas hasil cetak secara langsung. Misalnya, semakin kecil layer height, semakin halus permukaan hasil cetakan, namun waktu pencetakan menjadi lebih lama. Hal-hal detail seperti ini sangat penting untuk diketahui sebelum memproduksi objek dalam jumlah besar.


⚙️ Pemahaman tentang Cara Kerja Mesin 3D Printing

Selain software, kami juga mendalami cara kerja mesin 3D printer, khususnya jenis Fused Deposition Modeling (FDM) yang digunakan di SESINDO. Prinsip dasarnya adalah pencetakan berlapis (layer by layer) menggunakan material termoplastik seperti PLA atau ABS. Filament akan dipanaskan hingga meleleh di nozzle, kemudian dikeluarkan dan disusun secara bertahap sesuai jalur G-code yang dibuat di Ultimaker Cura.

Tahapan kerja mesin 3D printer yang kami pelajari meliputi:

  1. Persiapan Printer dan Kalibrasi Bed – Menyesuaikan jarak antara nozzle dan bed agar hasil cetak menempel dengan baik.

  2. Pemanasan Nozzle dan Extruder – Suhu diatur sekitar 200–210°C tergantung jenis filament.

  3. Proses Pencetakan Lapisan – Printer bekerja secara otomatis membentuk lapisan demi lapisan hingga objek terbentuk utuh.

  4. Pendinginan dan Finishing – Setelah proses selesai, hasil cetak didinginkan dan dilepas dengan hati-hati dari bed.

Melihat mesin bekerja secara real-time memberi pengalaman yang luar biasa. Setiap detik printer bergerak sesuai jalur yang telah kita desain menjadi bukti nyata bagaimana teknologi digital bisa diubah menjadi bentuk fisik. Di sinilah letak keunikan Learning Factory — mahasiswa tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga mengalami proses industri secara langsung.


🧠 Insight dan Tantangan Selama Praktik

Salah satu tantangan yang kami hadapi adalah pengaturan parameter support dan adhesion. Ketika pengaturan tidak tepat, bagian bawah model dapat melengkung atau hasil cetakan tidak menempel dengan sempurna pada build plate. Kami juga belajar bahwa kecepatan cetak terlalu tinggi dapat membuat hasil lapisan tidak rapi, sedangkan suhu nozzle yang terlalu rendah menyebabkan material tidak menempel dengan baik. Dari sini saya menyadari bahwa keberhasilan cetak 3D membutuhkan keseimbangan antara waktu, suhu, dan presisi.

Selain itu, kami juga melakukan eksperimen kecil dengan mengubah tingkat infill density dari 20%, 50%, hingga 100%. Hasilnya sangat menarik — objek dengan infill tinggi memang lebih kuat, tetapi waktu cetaknya meningkat drastis. Hal ini membuka wawasan baru tentang bagaimana prinsip efisiensi diterapkan dalam manufaktur modern.

Related Post

Leave a Reply