fbpx
preloader

Imam Syafi’i Quote

“Jika Kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan.”

Kutipan ini adalah sebuah perbandingan yang tajam dan efektif untuk menekankan pentingnya pengorbanan dalam menuntut ilmu. Imam Syafi’i, seorang ulama besar dan pendiri mazhab Syafi’iyah, dengan lugas menyampaikan konsekuensi dari keengganan untuk bersusah payah dalam belajar.

Analisis:

  • Lelahnya Belajar: Belajar bukanlah proses yang selalu mudah dan menyenangkan. Ia menuntut pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan terkadang kenyamanan. Ada kalanya kita merasa jenuh, mengantuk, atau lebih memilih melakukan hal lain yang terasa lebih menarik. “Lelahnya belajar” mencakup semua tantangan dan kesulitan yang dihadapi seorang penuntut ilmu.

  • Perihnya Kebodohan: Di sisi lain, Imam Syafi’i menggambarkan kebodohan sebagai sesuatu yang “perih” atau menyakitkan. Kebodohan bukan hanya sekadar kekurangan pengetahuan, tetapi juga dapat membawa konsekuensi negatif dalam kehidupan seseorang. Ini bisa berupa:

    • Keterbatasan dalam memahami dan menghadapi masalah.
    • Mudah tertipu atau dimanfaatkan.
    • Ketinggalan dalam perkembangan zaman.
    • Perasaan rendah diri atau tidak berdaya.
    • Kesulitan dalam meraih potensi diri.

Pesan yang Tersirat:

Kutipan ini menyampaikan beberapa pesan penting:

  • Pilihan yang Harus Diambil: Setiap individu dihadapkan pada pilihan: menahan rasa lelah dalam proses belajar atau menanggung akibat yang menyakitkan dari kebodohan.
  • Pengorbanan untuk Kemajuan: Kemajuan dan pemahaman tidak datang dengan sendirinya. Dibutuhkan usaha dan pengorbanan, termasuk rasa lelah yang mungkin timbul selama proses belajar.
  • Konsekuensi dari Kemalasan: Menghindari rasa lelah belajar bukanlah jalan keluar yang mudah, melainkan sebuah pilihan yang akan membawa konsekuensi yang lebih berat dan menyakitkan di kemudian hari.
  • Nilai Ilmu Pengetahuan: Kutipan ini secara implisit menegaskan betapa berharganya ilmu pengetahuan. Rasa lelah dalam mencarinya adalah harga yang pantas dibayar dibandingkan dengan “perihnya kebodohan.”

Relevansi Masa Kini:

Meskipun diucapkan berabad-abad yang lalu, pesan Imam Syafi’i ini tetap sangat relevan hingga kini. Di era informasi yang serba cepat, tuntutan akan pengetahuan dan keterampilan terus meningkat. Siapa pun yang enggan untuk terus belajar dan mengembangkan diri akan semakin tertinggal. Kutipan ini menjadi pengingat yang kuat bahwa investasi terbaik adalah pada diri sendiri melalui ilmu pengetahuan, meskipun prosesnya terkadang melelahkan.

Kesimpulan:

Kutipan Imam Syafi’i ini adalah motivasi yang mendalam bagi para pencari ilmu. Ia mengingatkan bahwa rasa lelah dalam belajar hanyalah sementara, sedangkan dampak negatif dari kebodohan bisa bertahan seumur hidup. Oleh karena itu, ketekunan dan kesabaran dalam menuntut ilmu adalah kunci untuk meraih kemuliaan dan menghindari kehinaan akibat kebodohan.

Related Post

Leave a Reply